Alone I Brake (Grey)
Dalam kesendirian bukan berarti tidak
memperhatikan kesekitarnya. Tapi hanya menyendiri dan menarik diri sambil
mengamati apa yang ada disekitarnya. Bukan karena dia tidak ingin mencintai
sekitarnya. Tapi karena dia ingin mencintai sekitarnya dengan caranya sendiri.
Tanpa perlu orang lain mengerti tanpa perlu orang lain menilai. Dia cukup
dengan hanya ketentraman hatinya tanpa membuat sekitarnya merasa terbebani dan
merasa risih.
Tapi...Itukah kebenarannya? Adakah dia merasa
aman dan nyaman dengan hanya memperhatikan dan memastikan semuanya baik-baik
saja? Adakah dia merasa penuh dengan hanya memerhatikan tanpa mengungkapkan
perasaanya ? Dimana akan ada yang mengatakan kalau perasaannya telah terwakili
dengan ke’diam’annya.
Hitam atau putih.
Mungkin itu tidak akan berlaku padanya karena
dia tidak ada pada keduanya. Aku sudah mengatakannya dengan gamblang tadi. Dia
akan bertahan pada ke’diam’annya. Dengan rasa aman dan nyaman pula.
Apakah mereka akan menerimanya ?
Bukankah dia tidak butuh orang lain untuk
mengerti dan menilai. Karena dia akan mencintai dan menyayangi dengan caranya
sendiri. Dengan begitu dia akan merasa penuh dengan sendirinya. Kalau dikatakan
hitam atau putih tidakkah boleh ia berada pada tengahnya saja?
Tidak. Disini yang ada hanya ‘hitam’ atau
‘putih’. Dia harus menyelesaikan maksudnya. Dia akan pergi kemana. Karena tidak
ada yang bisa dilakukan jika berada diantara keduanya. Seperti ‘ya’ atau
‘tidak’, tapi tidak ada yang bisa dilakukan dengan ‘mungkin’.
Benarkah tidak ada yang bisa dilakukan dengan
‘mungkin’ itu ? Bukankah diantara ‘hitam’ dan ‘putih’ telah ada ‘abu-abu’ ?
Bolehkah dengan memilih ‘abu-abu’ akan ada kesendirian lagi ?
*end*
Ini adalah salah satu draft yang lama nginap di folder. kalau teman-teman pngen jadiin cerita dan lanjutin boleh kok..tapi izin dulu ya...
Sampai ketemu di tulisan selanjutnya.
Sampai ketemu di tulisan selanjutnya.


Tidak ada komentar:
Posting Komentar